Sanggau, 26 Februari 2025 – Tim Food Systems, Land Use, and Restoration (FOLUR) mengadakan pertemuan dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sanggau pada Rabu (26/2) sebagai bagian dari persiapan pelaksanaan Mid-Term Review (MTR). MTR ini merupakan evaluasi tengah periode atas proyek hibah Global Environment Facility (GEF) yang telah memasuki tahun ketiga pelaksanaannya.
Evaluasi yang berlangsung dari Februari hingga Juni 2025 ini bertujuan untuk menilai kemajuan proyek, mengidentifikasi tantangan, serta menyusun rekomendasi demi keberlanjutan program. Kegiatan MTR dilakukan oleh konsultan independen, baik dari tingkat nasional maupun internasional, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk Executing Agencies (Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Bappenas, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Pertanian), GEF OFP Sekretariat Indonesia, Pemerintah Daerah di tingkat provinsi dan kabupaten, serta Project Management Unit FOLUR bersama para pemangku kepentingan lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Brent Tegler, International Consultant for MTR, mengajukan pertanyaan kepada pihak Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sanggau mengenai sejauh mana program prioritas dinas selaras dengan proyek yang dijalankan FOLUR.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sanggau, H. Syafriansyah, SP, MM, menegaskan dukungan penuh terhadap program FOLUR. Salah satu bentuk sinergi yang telah dilakukan adalah melalui program Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Hingga saat ini, dinas telah mendata sekitar 1.3000 hektare lahan pekebun, meskipun jumlah tersebut baru mencakup kurang dari 10% total luas perkebunan sawit di Kabupaten Sanggau. Selain itu, dinas juga telah menugaskan tiga petugas perkebunan kecamatan di Kecamatan Tayan Hulu, Kecamatan Parindu dan Kecamatan Bonti yang secara aktif terlibat dalam kegiatan FOLUR.
Lebih lanjut, Syafriansyah berharap program FOLUR dapat lebih aplikatif dan berkontribusi nyata dalam peningkatan produksi pangan. Ia juga menekankan pentingnya integrasi antara sektor peternakan dan perkebunan sawit guna mendukung program prioritas nasional, khususnya dalam mewujudkan ketahanan pangan sebagaimana tertuang dalam program Asta Cita Presiden Republik Indonesia.
Senada dengan hal tersebut, Sekretaris Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sanggau Emiliana, SP, MM, menambahkan bahwa diharapkan setelah program FOLUR berakhir pada 2028, hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat dan bertahan dalam jangka panjang sebagai bukti keberhasilan proyek ini.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini, pihak konsultan akan mengumpulkan data tambahan dan melakukan wawancara mendalam dengan pemangku kepentingan terkait. Data yang diperoleh akan menjadi dasar dalam menyusun rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas proyek FOLUR di Kabupaten Sanggau.
Salah satu fokus utama dalam evaluasi mendatang adalah meningkatkan integrasi antara program-program daerah dengan inisiatif FOLUR. Harapannya, hasil evaluasi ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun kebijakan yang lebih adaptif dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat serta keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, keterlibatan aktif petani dan pelaku usaha di sektor perkebunan dan peternakan juga menjadi perhatian dalam agenda berikutnya. Dengan adanya rekomendasi yang konkret dan berbasis bukti, diharapkan sinergi antara pemerintah daerah, petani, dan sektor swasta semakin erat guna mencapai ketahanan pangan yang lebih kuat. Dalam beberapa bulan ke depan, Tim FOLUR dan para pemangku kepentingan akan terus berkolaborasi untuk memastikan bahwa rekomendasi yang disusun dapat diimplementasikan dengan efektif. Dengan demikian, proyek ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek tetapi juga mampu menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat Kabupaten Sanggau.
Pertemuan ini menjadi langkah strategis dalam memastikan program FOLUR selaras dengan kebutuhan dan kebijakan daerah, serta memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya di sektor perkebunan dan peternakan. Dengan sinergi yang kuat antara berbagai pemangku kepentingan, diharapkan proyek ini dapat menjadi model keberlanjutan bagi pembangunan sektor pangan dan lingkungan di Indonesia.